Kekalahan kedua Indonesia di Babak Kualifikasi Pra Piala Dunia 2014 zona Asia kembali dirasakan dan ini jelas menuai kekecewaan mendalam bagi pendukung setianya. Setelah kalah telak di Teheran, 3-0 beberapa waktu lalu. Selasa (6/9) malam tadi skuad Garuda kembali takluk 2-0 di Jakarta.
Kekecewaan pun lebih ditujukan kepada sosok, Wim Rijsbergen selaku pelatih Timnas.
“Kami melihat Indonesia tidak memiliki strategi yang bagus untuk membongkar pertahanan Bahrain. Oke lah di pertandingan pertama Iran memang bukan level kita, tapi ini Bahrain? tetap sama, ga ada perkembangan,” ucap Juharani, disela-sela Nobar Timnas di Lapangan Parkir Stadion Segiri Samarinda.
Senada dengan Juhrani, Aris Pratama mengakui sosok pembangkit semangat dari sisi lapangan yang harus diperlihatkan seorang pelatih tak terlihat dari gaya kepemimpinan Wim.
Apalagi karakteristik mayoritas pemain Indonesia, kebanyakan harus di bakar semangatnya sepanjang 90 menit pertandingan. “Pelatih itu bukan hanya duduk di bangku cadangan, tapi harus berdiri disisi lapangan kasih pemain masukkan, kasih mereka semangat untuk tampil lebih percaya diri. Tapi Wim lebih banyak duduk sembari sekali-kali menulis, ini sepakbola bukan ngisi TTS (teka-teki silang),” ujarnya dengan nada keras.
Kekecewaan suporter Indonesia memang sangat wajar. Pasalnya, dari dua kali laga yang sudah dijalani timnas belum bisa memperagakan permainan terbaiknya seperti saat mengalahkan Turkmenistan. “Waktu lawan Turkmenistan juga karena ada sentuhan RD (Rahmad Dermawan),” tutup Aris. *Dimas
Wim Tak Menanggapi Pemecatan
Sementara itu, Pelatih tim nasional Indonesia, Wim Rijsbergen, tidak mau menanggapi soal pemecatan pascakekalahan timnya 0-2 dari Bahrain dalam kualifikasi Piala Dunia 2014, Selasa (6/9/2011). Pelatih asal Belanda itu menyerahkan semua keputusan kepada PSSI.
“Saya tidak ingin menjawab pertanyaan bodoh seperti itu. Saya tahu jika semua orang menginginkannya, maka tak masalah. Semua terserah pengurus PSSI. Intinya, kenapa jika menang pemain disebut bagus. Namun jika kalah pelatih yang dibilang buruk. Saya hanya menginginkan membangun fundamental sepak bola Indonesia,” jelas Wim, pascapertandingan seperti dikutip dari bola kompas.

Wim Rijsbergen, pelatih timnas Indonesia.
“Kami melihat Indonesia tidak memiliki strategi yang bagus untuk membongkar pertahanan Bahrain. Oke lah di pertandingan pertama Iran memang bukan level kita, tapi ini Bahrain? tetap sama, ga ada perkembangan,” ucap Juharani, disela-sela Nobar Timnas di Lapangan Parkir Stadion Segiri Samarinda.
Senada dengan Juhrani, Aris Pratama mengakui sosok pembangkit semangat dari sisi lapangan yang harus diperlihatkan seorang pelatih tak terlihat dari gaya kepemimpinan Wim.
Apalagi karakteristik mayoritas pemain Indonesia, kebanyakan harus di bakar semangatnya sepanjang 90 menit pertandingan. “Pelatih itu bukan hanya duduk di bangku cadangan, tapi harus berdiri disisi lapangan kasih pemain masukkan, kasih mereka semangat untuk tampil lebih percaya diri. Tapi Wim lebih banyak duduk sembari sekali-kali menulis, ini sepakbola bukan ngisi TTS (teka-teki silang),” ujarnya dengan nada keras.
Kekecewaan suporter Indonesia memang sangat wajar. Pasalnya, dari dua kali laga yang sudah dijalani timnas belum bisa memperagakan permainan terbaiknya seperti saat mengalahkan Turkmenistan. “Waktu lawan Turkmenistan juga karena ada sentuhan RD (Rahmad Dermawan),” tutup Aris. *Dimas
Wim Tak Menanggapi Pemecatan
Sementara itu, Pelatih tim nasional Indonesia, Wim Rijsbergen, tidak mau menanggapi soal pemecatan pascakekalahan timnya 0-2 dari Bahrain dalam kualifikasi Piala Dunia 2014, Selasa (6/9/2011). Pelatih asal Belanda itu menyerahkan semua keputusan kepada PSSI.
“Saya tidak ingin menjawab pertanyaan bodoh seperti itu. Saya tahu jika semua orang menginginkannya, maka tak masalah. Semua terserah pengurus PSSI. Intinya, kenapa jika menang pemain disebut bagus. Namun jika kalah pelatih yang dibilang buruk. Saya hanya menginginkan membangun fundamental sepak bola Indonesia,” jelas Wim, pascapertandingan seperti dikutip dari bola kompas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar