Sumber : www.pusamania.org
Deposit Rp 5 miliar yang harus diserahkan klub level I dan Rp 3 miliar bagi klub level II terus menuai kritikan. Presiden Direktur PT Putra Samarinda Indonesia, H Harbiansyah Hanafiah kepada harian ini mengatakan, aturan mengenai deposit tersebut sebaiknya diabaikan.

H Harbiansyah (Kiri) memantau perwakilan AFC saat ditanya wartawan, musim lalu.
Dia menceritakan, ide mengenai penyerahan deposit itu pertama kali dilontarkan anggota Exco PSSI Sihar Sitorus. Ketika workshop di Jakarta beberapa waktu lalu, ujar Harbian, Sihar melontarkan wacana mengenai deposit.
Ketika itu, Ketua Umum PSSI Djohar Arifin Husein naik ke podium arena workshop dan menjelaskan bahwa deposit itu bukan keputusan PSSI.
Dikatakannya, yang terpenting saat ini bagaimana kompetisi bisa jalan tanpa APBD. Tetapi klub kemudian dipersulit dengan keharusan menyetor deposit.
“Untuk apa deposit itu? Kalaupun wajib, seharusnya setelah verifikasi dari AFC tuntas. Yang penting sekarang bagaimana kompetisi jalan. PSSI tak perlu banyak ide, contoh saja yang sudah ada saat ini dan diterapkan di negara yang sepak bolanya maju,” tandasnya.
Konfederasi sepak bola Asia (AFC) akan melakukan verifikasi kepada klub professional PSSI. Verifikasi meliputi legal, infrastruktur, finansial, supporting, dan administrasi personal. Jika kelima aspek ini tak dipenuhi, maka klub Indonesia tak bisa bertanding di Liga Champions Asia (LCA).
Harbian justru menduga, munculnya ide klub harus menyetor deposit merupakan misi terselubung untuk menjatuhkan klub-klub ISL dan memasukkan klub dari Liga Primer Indonesia (LPI).
“Saya takutnya ada tujuan seperti itu, tetapi mudahan saya salah dan jangan sampai kekhawatiran saya itu terjadi,” jelasnya.
Selain soal deposit, Harbian juga mengkritik keras pembagian format kompetisi menjadi dua wilayah. Seperti diketahui, PSSI membagi kompetisi menjadi dua wilayah dan klub dimasukkan sesuai letak geografis untuk menekan biaya.
Harbian justru berpendapat, format kompetisi ISL sebelumnya merupakan yang terbaik. Mengenai besarnya anggaran, menurutnya hal itu merupakan risiko.
“Kalau mau anggaran kecil, bagi saja klub-klub itu dalam zona atau dalam satu pulau sekalian,” sindirnya.
Harbian mengatakan, format dua wilayah itu merupakan kemunduran kompetisi. Sebagai orang yang sudah banyak pengalaman di sepak bola, Harbian mengatakan sudah merasakan berbagai macam format kompetisi.
“Dari berbagai format, menurut saya yang format ISL seperti musim lalu yang terbaik. Makanya, kalau tidak tahu itu sebaiknya belajar dulu,” tegasnya.
Bahkan Harbian mengakui akan segera menghubungi Djohar Arifin supaya mengingatkan Sihar agar tak gegabah. Dia juga mengatakan, PSSI juga harus mempersiapkan diri jelang kompetisi. “PSSI juga harus menyiapkan perangkat kompetisi seperti wasit, PP termasuk sponsor. Hingga kini siapa sponsor liga belum jelas, padahal sponsor itu sangat penting,” pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar