Alasan Persisam Masuk Kelompok Reformis
Kisruh yang terjadi di persepakbolaan tanah air yang saat ini menjadi topik utama masyarakat pecinta sepakbola berdampak terhadap pandangan miring kepada Persisam Putra.

Kongres PSSI di Jakarta beberapa waktu lalu
Apalagi dalam Kongres PSSI di Hotel Sultan, Jumat (20/5) kemarin, perwakilan Persisam Putra, Yunus Nusi (Direktur Bisnis Persisam) banyak mendapat sorotan akibat suara lantangnya kepada Ketua Kongres, Agum Gumelar, yang juga ketua Komite Normalilasi.
Melihat apa yang terjadi saat ini di pendukungnya, serta banyaknya asumsi yang dinilai salah kaprah terhadap pemahaman hasil kongres ditambah doktrinisasi media yang kontra dengan kelompok reformis membuat manajemen Persisam angkat bicara guna meluruskan.
Apalagi selama ini, pendukung Persisam yang “gamang” dalam menyikapi kongres sangat berharap alasan apa yang membuat Persisam masuk dalam kelompok reformis atau yang lebih dikenal media dengan sebutan Kelompok 78 (K78).
Ditemui PusamCyber, H Erwin D Budiawan, Direktur Operasional Persisam menjelaskan secara detail. Bahkan, pria yang juga ketua Pengcab PSSI Samarinda tersebut secara gamblang menceritakan alur cerita dari awal Kongres Bali 22 Januari 2011 silam.
“Saat itu jujur saja, Persisam masih mendukung Nurdin. Alasannya satu karena saat itu memang tidak ada calon selain dia dan yang terpenting saat itu kita belum tahu bahwa kubu Nurdin melakukan pembohongan di Statuta FIFA dan PSSI,” jelas Erwin.
Hingga kabar tentang pemalsuan yang dilakukan rezim Nurdin menyeruak, membuat manajemen Persisam bergerak untuk mendalami kasus ini. Bahkan, pengurus Persisam secara khusus mendalami sendiri statuta asli milik FIFA dan Statuta FIFA versi Nurdin cs.
Salahsatu contoh yang paling fatal yang ditemukan Persisam dari Statuta palsu dan asli ialah Pasal 35 Ayat 4, disana dituliskan “Anggota Exco harus sudah berusia lebih dari 30 tahun dan harus aktif disepakbola 5 tahun serta tidak sedang dinyatakan bersalah atas suatu tindakan kriminal pada saat kongres serta masih dalam wilayah Indonesia”.
Padahal menurut Statuta FIFA Pasal 35 ayat 4 adalah tidak pernah sama sekali dinyatakan bermasalah dan aktif di sepakbola, artinya seseorang berhak mencalonkan diri asal ia aktif di sepakbola tanpa harus mengabdi selama 5 tahun asalkan tidak tersangkut hukum pidana.
“Disitulah kami menemukan kebohongan yang sangat-sangat fatal dan saat itu juga Persisam lebih memilih vakum sementara dan memilih untuk memperlajari keadaan,” sahut Erwin.
Hingga akhirnya, 27 Februari 2011, Persisam Putra Samarinda mendapatkan undangan dari kubu George Toisutta satu calon ketua PSSI tentang pemaparan visi misi jika terpilih sebagai ketua PSSI periode 2011-2015.
Saat itu dijelaskan Erwin, 28 Februari GM Persisam, H Harbiansyah Hanafiah bertemu langsung dengan George Toisutta (GT). Dalam penjelasan yang dipaparkan jendral bintang 4 tersebut, Persisam menemukan kesamaan visi dalam membangun sepakbola kearah lebih baik.
Ada 3 poin penting yang digaris bawahi Persisam saat itu, diantaranya adalah industriliasasi sepak Bola, Sport Science serta pembinaan usia dini. Selain itu, adanya jaminan untuk merangkul orang-orang PSSI yang dinilai punya kemampuan terbaik di bidangnya dan terus mendukung program-program yang saat ini sedang berjalan untuk kemajuan sepakbolaan tanah air adalah salahsatu faktor yang menguatkan Persisam bergabung.
“Selain telah menemukan kebobrokkan PSSI pimpinan Nurdin Halid, pemaparan yang diberikan GT dalam membangun sepak bola Indonesia itulah dasar alasan kenapa Persisam mau bergabung didalam kelompak reformis,” kata Erwin.
Dan saat Kongres di Pekanbaru lalu hanya GT yang berani maju bersaing dengan Nurdin Halid yang saat itu terkenal arogansi serta menghalalkan segala cara dalam mempertahankan kekuasaan.
Menariknya, dalam undangan pemaparan visi misi GT maju sebagai ketua PSSI, Kubu GT sempat menilai Persisam “Abu-Abu”. Maklum, Persisam sempat di cap sebagai pendukung Nurdin.
“Sesuai apa yang dijelaskan GM kepada kubu GT, Persisam akan terus berkomitmen dengan orang-orang yang ingin membangun sepakbola kearah lebih baik, dan itu kita perlihatkan hingga saat ini,” tegas Erwin.
Setelah berhasil mengulingkan rezim Nurdin di Kongres Pekanbaru lalu, kubu reformis kini kembali dihadapkan dengan sikap Komite Normalisasi (KN) yang terkesan hampir memiliki watak sama dengan gaya kepemimpinan PSSI rezim Nurdin.
Ditanya lebih spesifik mengenai “ngotot-nya” kelompok reformis dalam mengusung GT-AP sebagai calon ketua dan wakil ketua PSSI Periode 2011-2015, H Erwin D Budiawan mengatakan alasan yang diberikan KN untuk menolak 2 orang putra terbaik bangsa tersebut sangat tidak masuk akal, bahkan seiring waktu perlahan terlihat ada kepentingan dibalik keputusan yang dikeluarkan KN.
“Tidak ada statuta FIFA yang dilanggar terhadap pencalonan keduanya, kami memiliki bukti konkrit mengenai hal ini, secara kami tidak melakukan pelanggaran dalam pengusungan calon dan dianggap menyalahi peraturan dan tak taat kepada keputusan, jelas kami sepakat untuk terus melawan penzoliman terhadap kami, sayang masyrakat terlalu di takut-takuti terhadap sanksi FIFA, padahal sanksi tersebut tidak akan dijatuhkan karena kita sudah memikirkan hal ini, apalagi kita tidak ada salah, kenapa harus takut dengan sanksi,” urai Erwin, sekaligus menjawab terhadap ketakutan sebagian masyarakat terhadap sanksi. (baca disini, untuk membuka wawasan tentang sanksi FIFA)
Sementara itu, Fajrian Nur Darmansyah, Humas Persisam membantah dengan keras adanya isu uang yang ditujukan terhadap sikap kelompok reformis. “Tidak masuk akal, orang-orang Persisam yang diwakili GM (H Harbiansyah Hanafiah) dan Achmad Amins (Ketua Pengprov PSSI Kaltim) bermain uang, simplenya lihat perjuangan mereka dalam membangun sepakbola Samarinda dengan biaya pribadi mengeluarkan duit puluhan miliar, dituduh bermain uang, benar sangat-sangat tidak masuk akal tudingan tersebut,” ujarnya.
Selain itu, banyak pihak yang menanyakan kapasitas Yunus Nusi dalam kongres di Jakarta lalu coba dijelaskan Fajrian. “Dalam Kongres PSSI pemilik suara berhak memberikan mandat kepada orang yang akan mewakili suara mereka dalam kongres, dan Persisam secara resmi memberikan mandat terhadap Yunus Nusi dan H Harbian yang mewakili Persisam. Dan Yunus Nusi sendiri adalah Direktur Bisnis Persisam yang sekaligus dipercaya menjadi satu diantara Jubir kelompok reformasi (atau lebih populer dengan k78),” pungkas Fajrian. (abe/pc)
Kongres PSSI katanya ricuh? Mau tau tanggapan resmi Pusamania tentang polemik yang terjadi di sepak bola tanah air kita? Baca Disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar